Nama Bulan Dalam Kalender Islam dan Sejarahnya

Kamis 05-06-2025,05:58 WIB
Reporter : Reza
Editor : Reza

Bagaimana Kalender Hijriah Dihitung?

Kalender Hijriah berdasarkan revolusi bulan mengelilingi bumi, membuatnya juga disebut sebagai tahun komariah. Berbeda dengan kalender Masehi yang memiliki 365 atau 366 hari dalam satu tahun, kalender Hijriah hanya memiliki 354 atau 355 hari, sehingga lebih pendek sekitar 10-11 hari. 

Kalender ini ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada masa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Perbedaan Utama dengan Kalender Masehi

1. Dasar Perhitungan

  • Kalender Masehi: Berbasis pergerakan matahari.
  • Kalender Hijriah: Berbasis peredaran bulan.

2. Jumlah Hari

  • Kalender Masehi: Bisa mencapai 31 hari dalam satu bulan.
  • Kalender Hijriah: Hanya 29 atau 30 hari per bulan.

3. Sejarah Penanggalan

  • Kalender Masehi: Dimulai dari kelahiran Nabi Isa AS.
  • Kalender Hijriah: Dimulai dari hijrah Nabi Muhammad SAW.

4. Penentuan Awal Hari

  • Kalender Masehi: Dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat.
  • Kalender Hijriah: Dimulai saat matahari terbenam.

5. Metode Penentuan Awal Bulan

  • Kalender Hijriah: Bisa menggunakan pengamatan hilal langsung (rukyat) atau perhitungan matematis (hisab).

Metode Penentuan Awal Bulan dalam Kalender Hijriah

  1. Rukyatul Hilal: Metode ini melibatkan pengamatan langsung bulan sabit pertama setelah bulan baru oleh para ahli dan ulama.
  2. Hisab: Perhitungan matematis untuk menentukan awal bulan.
  3. Perhitungan Revolusi Bulan: Menggunakan revolusi bulan sebagai dasar perhitungan bulan baru.
  4. Pembulatan: Untuk menyelaraskan dengan sistem penanggalan, kalender Hijriah juga memiliki tahun kabisat yang terdiri dari 355 hari.

Kalender Hijriah memberikan cara unik bagi umat Islam untuk menentukan waktu berdasarkan peredaran bulan. Meskipun berbeda dengan kalender Masehi, kalender ini tetap esensial dalam mengatur kehidupan beragama bagi umat Islam, mulai dari menentukan waktu puasa hingga hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. 

Dengan memahami perbedaan dan sejarah di balik penamaan bulan dalam kalender Hijriah, kita bisa lebih menghargai warisan budaya dan agama yang kaya ini.

Kategori :

Terkait