Penumpang Gelap, Berhentilah

Teguh Anantawikrama--
Oleh Teguh Anantawikrama
Demokrasi dan Aspirasi
LAMPUNG.DISWAY.ID - Demonstrasi adalah hak setiap warga negara dalam berdemokrasi. Negara telah memberi ruang dan aturan yang jelas: ada waktu, ada tempat, ada tata cara. Semua ini untuk memastikan aspirasi bisa disampaikan dengan damai, tanpa mengganggu hak publik lainnya.
Saya menghormati itu. Bahkan saya percaya, tanpa unjuk rasa, demokrasi akan kehilangan suaranya.
Namun, ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak lazim.
Pergerakan yang Mencurigakan
Sepulang dari sebuah acara penghargaan, mata saya menangkap pemandangan yang mengusik hati. Kelompok kecil motor, enam hingga delapan unit, bergerak seperti pasukan anak anak muda usia tanggung. Bukan gerakan acak, tapi manuver terlatih, terkontrol, seolah ada komando.
Pertanyaan langsung muncul: siapa pengendalinya?
Lalu di media sosial, beredar pula video-video yang memperlihatkan sosok-sosok yang tak sejalan dengan arus massa pendemo. Mereka melaju ke arah lain, ada yang masuk ke stasiun MRT, ada yang menyusup di sela kerumunan.
Mereka ini siapa? Apa tujuan mereka?
Demokrasi yang Ditunggangi
Inilah yang saya maksud dengan “penumpang gelap.” Mereka yang tidak datang untuk menyuarakan aspirasi, melainkan menunggangi momentum. Mereka bergerak diam-diam, menyusup, dan akhirnya merusak wajah demokrasi itu sendiri.
Ketika penumpang gelap hadir, suara murni rakyat menjadi kabur. Publik kehilangan simpati. Aspirasi yang tulus dicampuradukkan dengan provokasi. Pada akhirnya, semua menjadi keruh.
Lelahnya Kami yang Bekerja Halal
Sumber: