Reset Dunia atau Sekadar Seleksi Alam?

Reset Dunia atau Sekadar Seleksi Alam?

Reset Dunia atau Sekadar Seleksi Alam--

Oleh Teguh Anantawikrama

LAMPUNG.DISWAY.ID - Dunia terasa goyah. Di Asia, kerusuhan dan gejolak politik menyebar; Eropa terjebak dalam stagnasi ekonomi; Amerika Serikat sibuk dengan perpecahan internal sekaligus beban global.

Kekuatan-kekuatan besar tampak rapuh, dan banyak yang tergoda untuk menyebut kondisi ini sebagai sebuah “reset dunia.”

Namun, sebuah reset sejati membutuhkan rancangan yang terarah. Apa yang kita saksikan hari ini bukanlah desain baru yang rapi, melainkan keruntuhan perlahan dari kepastian lama—dan munculnya dinamika seleksi alam, di mana yang paling tangguhlah yang akan bertahan.

Semua Sedang Merugi

Eropa menghadapi penurunan demografi dan ketergantungan pada energi impor. Amerika Serikat, yang terlalu terbebani di berbagai belahan dunia, kini kian lumpuh oleh polarisasi domestik.

Raksasa-raksasa Asia—Tiongkok, India, Jepang—dihadapkan pada perlambatan ekonomi dan ketegangan geopolitik yang tak kunjung reda.

Alih-alih satu pihak yang menang, yang terlihat adalah erosi kolektif. Kekuatan-kekuatan besar yang dulu menjadi jangkar stabilitas, kini justru menjadi sumber kerentanan global.

Siapa yang Diuntungkan?

Namun kekacauan selalu melahirkan pihak-pihak yang diuntungkan. Negara pengekspor komoditas, dari Timur Tengah hingga Amerika Latin, mendapatkan daya tawar lebih besar seiring terganggunya rantai pasok.

Industri pertahanan meraup keuntungan ketika negara-negara memperkuat anggaran militernya. Dan aktor non-negara—mulai dari gerakan ekstremis hingga jaringan digital terdesentralisasi—semakin tumbuh subur ketika kepercayaan terhadap pemerintah runtuh.

Tetapi semua ini hanyalah keuntungan yang terpecah-pecah, bukan tatanan dunia baru. Masa depan akan ditentukan bukan oleh siapa yang terbesar, melainkan siapa yang paling cepat beradaptasi.

Indonesia sebagai Kekuatan Menengah

Di sinilah peran kekuatan menengah menjadi penting. Indonesia, dengan posisi geografis strategis, pasar domestik yang besar, serta tradisi membangun konsensus, memiliki peluang untuk tampil sebagai penyeimbang di masa penuh turbulensi.

Sumber: